GAYA ABADI
You need chaos in your soul to give birth to a dancing star (Friedrich Nietzsche)
Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Itulah dalil yang menjadi dasar hukum kekekalan energi yang dicetuskan oleh Fisikawan Inggris, James Preseett Joule.
Sudah lama terbukti bahwa mesin yang bisa berjalan sendiri (perpetuum mobile) akan tetap merupakan impian indah. Namun perpetuum mobile, yaitu mesin yang sekali bergerak akan melakukan gerakan abadi, hanyalah mimpi yang indah.
Pada setiap gerakan selalu ada gaya penghambat (misalnya gesekan) sehingga energi gerak akan berubah menjadi panas. Panas tidak bisa dikembalikan secara utuh menjadi gerak lagi.
Bahkan di ruang angkasa yang vakum, tidak mungkin ada perpetuum mobile. Memang bisa timbul gerak abadi. Astronout hanya perlu memutar roda sekali dan roda terus berputar. Namun, menurut istilah energi keadaan itu adalah keadaan istirahat. Tidak ada tambahan energi dan tidak ada energi yang berkurang, roda berputar pada kecepatan sama. Kalau roda yang diputar dihentikan, maka yang diperlukan energi yang sama ketika menggerakkan roda tersebut.
Fisikawan legendaris, Albert Einstein menyebut. Salah satu konsep dari teori relativitas, bahwa benda memiliki kecepatan konstan, sejatinya merupakan benda yang relatif diam. Hal ini merujuk pada tulisan Einstein yang tersohor dengan judul asli Zur Elektrodynamik betwegter Kopter terbitan tahun 1905.
Aneh memang, namun masuk akal. Bagi Einstein, benda yang bergerak bukanlah benda yang memiliki kecepatan, tapi benda yang mengalami percepatan, atau kita lebih familiar dengan kata akselerasi.
Dari logika tersebut, kondisi bergerak adalah ketika sebuah benda mengalami peningkatan atau penurunan kecepatan. Bukan pergerakan dari satu titik ke titik lain, melainkan pergerakan dari satu kecepatan ke kecepatan berbeda. Dan perlu diingat, percepatan bukan hanya soal dari kondisi diam ke kondisi bergerak, tapi juga dari posisi bergerak ke posisi diam.
Marilah kita melihat contoh, saat Filipo Inzaghi masih aktif bermain, cobalah jujur pada diri sendiri (meski pun ada seorang Milanisti), apakah anda pernah punya penilaian yang sama dengan seorang Johan Cruyff mengenai mantan pemain Milan dan tim nasional Italia ini?
“Lihatlah Inzaghi, dia benar-benar tidak bisa bermain sepak bola sama sekali. Dia hanya selalu berada di posisi yang tepat.”
Dengan logika normal, pemain dengan kualitas fisik dan tekhnik seperti Filipo Inzaghi sejatinya ia tidak akan mampu menjadi penyerang papan atas. Bagaimana bisa kagum? Pemain yang lahir dan besar di kota Piacenza ini bukanlah seorang pemain yang bisa mudah dikagumi hanya dengan catatan gol yang fantastis. Ia tidak bisa mengocek satu dua pemain seperti Ronaldo, tidak bisa elastic ala Ronaldinho, tidak biasa free kick macam Beckham, tidak punya keeping ball ciamik layaknya Bergkamp, apalagi punya sihir seperti Messi. Tekniknya adalah salah satu yang terburuk dari semua pemain dunia.
Inzaghi sering berlari-lari tidak jelas di kotak penalti lawan, suka memelas jika di sentuh lawan, terutama jika tidak diberi hadiah penalti. Namun anehnya, di beberapa situasi krusial, tiba-tiba dia mencetak gol, yang sering kali prosesnya begitu buruk, ia berselebrasi dengan begitu emosional seolah-olah baru mencetak gol sensional.
Ia menyebalkan bagi lawan, Roberto Carlos bek legendaris Real Madrid dan Spanyol menyampaikan, “setiap Milan berada dalam kesulitan, mereka mendapatkan jalan keluar dari Inzaghi.”
Kenyataannya Filipo Inzaghi, yang notabene pemain biasa-biasa saja meraih semua gelar bisa diraih pemain sepakbola secara tim. Piala Dunia, Liga Champions Eropa, Juara Liga, Piala Italia, Super Eropa sampai Piala Dunia Antar Klub.
Apa rahasianya? Karena Inzaghi selalu bergerak dalam chaos, dalam gerak tak tentu dan seolah tak berarti. Dengan sering bergerak, selain menciptakan ruang, ia menciptakan kecepatan yang konsisten sekaligus percepatan yang minim. Ia menjaga waktu, agar tak kembali ke titik nol kecepatan. Karena seseorang akan mendapatkan keuntungan karena bakal mampu beraksi lebih cepat dari lawan, apalagi ketika lawan dalam posisi diam.
Kenapa Inzaghi yang menjadi contoh? Bukankah lebih baik jika Bale, Ronaldo, Messi, Robben yang dijadikan contoh. Mereka kerap melakukan hal yang sama, namun kita lupa mereka adalah pemain luar biasa, bukan itu keunggulan mereka. Inzaghi adalah pemain biasa, dan dalam hal ini (hampir) semua manusia adalah makhluk yang biasa-biasa saja.
Bergerak dalam chaos, dalam gerak tak tentu. Yang seolah tak ada keuntungan professional sekalipun, sebenarnya jika dipikirkan dengan seksama adalah persiapan mendapatkan peluang. Dan ketika ia datang, kita berada pada kecepatan tertinggi dan ditambah dengan keberuntungan akan menghasilkan kesuksesan.
Sebagaimana kita tahu rumus kesuksesan adalah persiapan ditambah keberuntungan. Dari pembahasan itulah, menjadi wajar kiranya, jika kita sering mendengar bagaimana pelatih di seluruh dunia hampir selalu meminta pemain-pemainnya untuk bergerak secara dinamis.
Tidak hanya pelatih sepakbola, para filsuf pun menganjurkan begitu. Rasulullah s.a.w mengatakan tuntutlah ilmu dari ayunan sampai liang kubur. Belajar dari apapun, tak mesti dari bangku sekolah adalah proses bergerak menjaga kualitas manusia dalam kehidupan ini.
Sepakbola, kehidupan juga cinta punya filosofi yang sama. Suatu ketika istri saya bertanya, dapatkan mempertahankan cinta kami abadi. Saya bilang tidak! Istri terdiam, cemberut pasti. Karena saya pencinta sepakbola,tahu bahwa bertahan ini melelahkan, menghabiskan tenaga dalam diam.
Saya lebih menyukai menyerang! Dalam arti kata cinta itu harus dipupuk dan disirami dengan kasih sayang sehingga dia akan selalu bertambah dari waktu ke waktu. Rumah tangga mungkin akan mengalami masalahnya sendiri, bahkan tim paling menyerang sekalipun akan menghadapi situasi bertahan.
Akan tetapi, filosofinya adalah menyerang, bertambah, bertumbuh. Itu akan lebih mudah membuat kita mencapai gaya abadi, gerakan abadi (perpetuum mobile) dalam menjalani kehidupan. Ya, kehidupan sejatinya adalah ujian bertubi-tubi dan tanpa henti, semua itu hanya akan berhenti ketika kita mati. Maka, berkembanglah, bergeraklah menghadapinya. Mungkin ini adalah yang sangat mudah dikatakan namun sulit dilaksanakan, namun percayalah dunia ini tidak ada yang sia-sia. Energi itu abadi.
teungku puteh peuhaba? lama tidak blogwalking disini…
Alhamdulillah dr. Liza 😀
Saya sudah lama juga tidak blogwalking kesana.
wow bekas pemain juve tuh
mantap
wow bekas pemain Juventus tuh
mantap
ehmmmmm… kwado..kwado…
Pingback: PERPETUUM MOBILE | Tengkuputeh
Pingback: MENCARI BELERANG MERAH | Tengkuputeh
Pingback: SANG TIRAN | Tengkuputeh
Pingback: AKHLAK | Tengkuputeh
Pingback: PERADABAN TANPA TULISAN | Tengkuputeh